Ads 468x60px

English French German Spain Italian Dutch

Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google
Friday, January 7, 2011

0
Dicemooh Band Banci, SM*SH Buktikan Mereka Macho

Kemunculan boyband SMASH atau SM*SH dibarengi dengan kontroversial karena dituduh plagiat. Namun band yang beranggotakan Bisma, Ilham, Dicky, Morgan, Rangga, Reza, dan Rafael ini malah bersyukur karena dengan begitu nama mereka malah semakin mencuat.
"Ya malah kita berterima kasih ya. Soalnya kan yang melihat kita jadi makin banyak. Salah satunya di Youtube. Jadi kita bisa di sini juga karena mereka," ujar Rangga ketika ditemui di Resto Sedap Alami, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat (5/1).
Namun mereka sempat terganggu juga dengan ulah pihak-pihak yang tidak menyukai mereka. Terutama dengan cemoohan sebagai band Banci. Namun mereka santai saja menghadapi semua itu, dan SM*SH bakal membuktikan jika mereka cukup macho.
"Ganggu sih pasti yah, tapi ya udah lah. Santai aja sih, kita buktiin aja bahwa kita macho kok," ujar Bisma secara positif menghadapi semua masalah tersebut.
"Emang sih imej boyband selama ini ya seperti itu, atau emang ada yang seperti itu, tapi ya kita buktikan aja," tambah Morgan.

0
Danau cantik dari Bencana

Tak lengkap rasanya jika Anda berkunjung ke Sumatera Utara tidak mampir sejenak ke Danau Toba, danau vulkanik yang merupakan danau terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Pesona eksotisnya berupa hamparan danau luas laksana lautan dengan pepohonan rindang dan perbukitan yang menawan. Danau ini berukuran 1700 meter persegi dengan kedalaman kurang lebih 450 meter dan terletak 906 meter di atas permukaan laut, di tengah danau terdapat Pulau Samosir yang tak kalah menariknya menjadi objek kunjungan wisata. 

Photo credits - Arie Basuki/Tempo

Dalam kunjungannya pada 1996, Pangeran Bernard dari Belanda bahkan menyatakan kekagumannya pada panorama indah danau ini. “Juallah nama saya untuk danau ini. Saya tak dapat melukiskan betapa indahnya Danau Toba,” katanya antusias. 

Ada tujuh kabupaten di sekeliling danau, yakni Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir yang memiliki panorama alam indah dan menjadi lokasi tujuan wisata. Umumnya wisatawan menikmati keelokan Danau Toba dari Parapat di Simalungun dan Tuktuk Siadong di Pulau Samosir. 

Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73 ribu-75 ribu tahun lalu dan merupakan letusan super volcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama dua minggu. 


Photo credits - Agung Chandra/TempoDebu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama satu minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.

Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan, pada beberapa spesies, juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya.

Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir. Ketika menikmati keindahan danau ini, Anda mungkin tak membayangkan bahwa pesona yang terjadi berasal dari bencana dahsyat letusan gunung berapi yang mendatangkan ketakutan dan kengerian ketika itu.
Perjalanan darat ke Danau Toba, tepatnya ke Parapat, memakan waktu empat sampai lima jam dari Medan. Tersedia bus atau travel yang langsung menuju Parapat. Rutenya melewati Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, dan belok ke arah Pematang Siantar. Sepanjang perjalanan, kita disuguhi panorama perkebunan kelapa sawit dan karet.

Apabila menggunakan kereta api, dari Medan pilih rute menuju Pematang Siantar. Dari sini perjalanan dilanjutkan menggunakan bus ke Parapat. Waktu tempuhnya satu jam.

Photo credits - Agung Chandra/Tempo

Untuk tempat menginap dan tinggal lebih lama menikmati keindahan Danau Toba, tersedia banyak hotel dan penginapan. Di Parapat, sedikitnya ada 900 kamar hotel berbagai jenis, mulai dari bintang empat hingga homestay, di Tuktuk juga tak berbeda. Baik di Parapat maupun Tuktuk, wisatawan dapat langsung menikmati danau dari pinggirannya. Tarif hotel di Tuktuk dan Parapat bervariasi, sesuai tipikal turis yang datang. Mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 500 ribu per malam tergantung tipe hotel.

Sebuah perusahaan travel bahkan menawarkan menikmati keindahan Danau Toba dari udara, yakni menggunakan paralayang. Setiap wisatawan diberi kesempatan terbang menggunakan paralayang dari kawasan pegunungan Tongging, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Bagi para wisatawan yang ingin mencoba paralayang akan ditemani seorang instruktur berpengalaman, namun tentunya penentuan bisa terbang atau tidak tergantung pada kondisi cuaca dan angin.

Tidak hanya itu, menikmati keindahan matahari terbit dan terbenam bisa Anda nikmati dari pesisir danau. Dari dataran tinggi Karo di sebelah utara, keelokan danau terlihat memanjang dipandang dari Sikodonkodon. Namun, hanya ada satu resor di sini. Di sisi barat, pemandangan danau dan Pulau Samosir dapat dengan sempurna disaksikan dari Tele. Ada gardu pandang di ketinggian sekitar 1.000 meter dari permukaan laut untuk menikmati senja di Danau Toba. 

0
PSSI: Naturalisasi Bukanlah Solusi

PSSI: Naturalisasi Bukanlah Solusi ...
Liputan6.com, Jakarta: Dunia sepakbola Indonesia terus membuka kesempatan bagi pemain asing untuk membela Indonesia, melalui mekanisme naturalisasi. Kendati demikian, PSSI mengakui bahwa naturalisasi bukanlah solusi untuk menghasilkan pemain sepakbola andal di masa depan. Naturalisasi, hanya salah satu cara untuk menggairahkan dunia sepakbola nasional masa kini.
Dunia sepakbola Jepang, mulai bergairah di pertengahan tahun 80-an. Hal ini antara lain disebabkan karena naturalisasi sejumlah pemain asing. Wagner Lopes dan Alessandro Dos Santos dari Brazil merupakan beberapa pemain naturalisasi yang sempat membela Jepang di Piala Dunia.
Indonesia pun tampaknya tertarik mengikuti jalur ini. Seleksi pemain naturalisasi Indonesia digelar, Jumat (7/1). Syarat calon, berprestasi menonjol di kancah internasional dan bersedia jadi warga negara Indonesia. Semua nama calon adalah pilihan pelatih timnas Indonesia Alfred Riedl bersama Badan Tim Nasional (BTN).
"Naturalisasi hanya program jangka pendek saja. Pembinaan usia muda adalah solusi jangka panjang bagi persepakbolaan kita," ujar Ketua BTN Iman Arief seperti dilansir Liputan6 Petang.
Pengamat sepakbola Anton Sanjoyo pun mengungkapkan pendapat senada. "Walau (naturalisasi) tampak berjalan baik, Indonesia seharusnya memperbaiki sistem pembinaan atlet jangka panjang," kata Anton.
Sejumlah pemain asing hasil naturalisasi yang telah merumput di Tanah Air antara lain Christian Gonzales dan Irfan Bachdim, serta yang bakal menyusul Kim Jeffrey Kurniawan. Terakhir, warga Amerika Serikat keturunan Indonesia James Zaidan Saragih juga bertolak ke Tanah Air untuk mencoba peruntungannya. (CHR/Vin)

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Powered by Blogger.

Entri Populer

Search

 
News | © 2010 by DheTemplate.com | Supported by Promotions And Coupons Shopping & WordPress Theme 2 Blog